Jumat, 10 Juni 2016

IMAN - Iman Kepada Nabi Muhammad SAW

Tidak diragukan, orang yang tidak beriman kepada Muhammad (saw) tidak memiliki keimanan kepada Allah! Walaupun dia mungkin saja beriman kepada Tuhannya sendiri!
Mengapa demikian?
Karena tidak ada ‘Tuhan’! Tidak pernah ada sosok ‘Tuhan’!
Tentu saja, ada tuhan-tuhan khayal didalam ingatan masyarakat. Bahkan, mayoritas masyarakat di dunia, yang mengidentifikasi dengan beragam sistem kepercayaan yang berbeda, semuanya memiliki tuhan semacam itu di dalam pikiran mereka! Namun postulasi-postulasi ini sama sekali tidak benar dan tidak memiliki relevansi dengan realitas.
Nabi Muhammad (saw) mengabdi untuk mengingatkan orang-orang agar tidak menyia-nyiakan hidup mereka berdasarkan konsep-konsep tuhan-khayal mereka, mengingatkan orang-orang yang telah beriman kepadanya terhadap realitas “La ilaha...”
Di masa lampau, ketika orang-orang berbicara mengenai sosok Tuhan di langit dan ‘anak’-nya yang turun ke bumi, atau tentang malaikat-malaikat bersayap, Rasul Allah mematahkan konsep-konsep ini secara tepat dan padat dengan surat Al-Ikhlas.
Keyakinan kepada Tuhan di langit hanya akan menuntun kepada penderitaan! Karena keyakinan semacam ini membentuk harapan dari keberadaan di luar sana. Ini selanjutnya mengarah kepada sikap apatis, lamban dan malas! Padahal sebenarnya segala sesuatu hadir dalam enigma esensi diri manusia! Bukan di luar diri! Dengan misteri ini, manusia memiliki kapasitas dan kemampuan untuk melakukan banyak hal, bahkan di setiap saat.
Ketika orang-orang yang percaya kepada Tuhan eksternal menemukan bahwa Dia sebenarnya tidak ada, kekecewaan ini hanya akan menyebabkan penderitaan yang dalam bagi mereka!
Tidak pernah ada sosok Tuhan di luar angkasa, atau di galaksi lain, yang mengirim utusan-utusan atau ANAK ke bumi!
Maka kemudian, keyakinan dari orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad (saw) dan kepada Yang Esa yang ditunjuk sebagai ‘Allah’ yang dijelaskan oleh beliau tidaklah sama dan tidak serupa dengan keyakinan orang-orang yang beriman kepada Tuhan khayal eksternal.
Maka jelas bahwa orang-orang yang tidak beriman kepada Nabi Muhammad (saw) dan tidak menerima dan membenarkan beliau sebagai Rasul dan Nabi Allah, mereka tidak juga beriman kepada Allah sebagaimana yang disingkapkan oleh Nabi Muhammad (saw). Ini berarti bahwa orang-orang yang tidak menerima dan membenarkan Nabi Muhammad (saw) sebagai Rasul Allah, mereka beriman kepada Tuhan berdasarkan postulasi mereka sendiri dan menjalani kehidupannya dari penafsiran ini.
Nabi Muhammad (saw) mengatakan: “Man qala la ilaha illaAllah faqad dakhala jannah!” Yakni, “orang yang mengatakan ‘La ilaha illa Allah’ akan masuk surga!”
Ini tidak berarti bahwa orang-orang yang beriman kepada sosok ‘Tuhan’ akan masuk surga.
Ada hal yang hampir tidak kentara di sini:
Nabi Muhammad (saw) memberi isyarat perlunya membersihkan diri kita dari konsep ketuhanan. Dengan kata lain, dari dualitas (syirik)...
Siapapun yang memahami makna sebenarnya dari surat Al-Ikhlas akan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan di luar sana!
Al-Quran mengandung ayat-ayat yang menyatakan bahwa ketuhanan menuntun kepada dualitas dan dualis akan tinggal selama-lamanya di neraka. Apa alasannya bisa demikian? Karena tidak ada Tuhan, mengapa para dualis akan tetap tinggal di neraka dan di bakar selamanya?
Ini adalah hal penting untuk dipikirkan dan difahami!
Orang yang tidak memiliki keimanan kepada Nabi Muhammad (saw) dan tidak bersaksi bahwa beliau adalah Rasul dan Nabi Allah tidak mungkin benar-benar menerima agama Islam dan sunnatullah (Sistem dan Tatanan) sebagaimana yang disingkapkan oleh Rasulullah! Jadi, orang yang belum menerima Sistem dan Tatanan ini hanya akan hidup menurut penafsiran mereka sendiri dan harus menghadapi akibat-akibatnya!
Tidak seorang pun dapat memasukkan siapapun ke surga atau melemparnya ke neraka!
Setiap orang membentuk surganya sendiri atau menghiasi surganya sendiri dengan kapasitas pemahaman yang dimilikinya dan gaya hidup yang menjadi pilihannya!
Orang yang tidak beriman kepada Muhammad (saw) dan tidak bersaksi bahwa beliau adalah Rasul dan Nabi Allah tidak akan bisa mengenal dan memahami Yang Esa yang ditunjuk sebagai Allah, sebagaimana yang disingkap oleh Nabi Muhammad (saw). Secara otomatis, ini akan menuntun dia untuk mengimani sosok Tuhan yang dia ciptakan dan bayangkan di dalam pikirannya, yang pada suatu saat akan dia benci, dia anggap cacat dan dia kritik!
Hukum-hukum dan prinsip-prinsip dari sistem ini, yang sebagian kita fahami dan sebagian lagi tidak kita fahami, dirujuk sebagai sunnatullah di dalam Al-Qur’an. Ini adalah Sistem dan Tatanan yang kemudian kita kenal sebagai ‘Agama’.
Berdasarkan realitas holografik, seluruh jagat raya hadir di setiap atom!
Rasul Allah berbagi dengan kita mengenai ilmu ini sekitar 1.400 tahun yang lalu dengan kata-kata beliau: “Bagian mencerminkan keseluruhan”.
Seluruh jagat raya timbul dari satu ‘titik’ tunggal dan berfungsi menurut hukum sunnatullah.
Seperti sudut yang dibentuk dari sebuah titik tunggal pada bentuk huruf ‘K’, seluruh jagat raya terkandung di dalam sebuah sudut tunggal... Tapi pada garis tegak yang membentuk huruf ‘K’ ada titik-titik lain yang tak terhitung jumlahnya! Di luar ini tidak kita fahami! Yang mampu kita pikirkan dalam hal keberadaan yang ditunjuk dengan nama ‘Allah’ adalah kebesaranNya ini!
Karenanya, Yang Esa yang ditunjuk dengan nama ‘Allah’ itu sedemikian agungnya sehingga Dia itu benar-benar jauh diluar jangkauan konsep ketuhanan!
Sebagai gambaran visualnya, semua perwujudan individu dapat dipandang sebagai kerucut-kerucut yang terpisah. Namun sebagian individu hanya mengenal bentuk dua-dimensinya, dan beranggapan bahwa diri mereka hanya terdiri dari daging dan tulang. Sementara sebagian yang lain mengenal tiga-dimensinya dan melihat Dimensi Nama-nama (realitas yang menyusun esensi wujud) hingga sampai ke puncak kerucutnya, ‘titik’ asalnya!
Apa yang mesti kita lakukan adalah beriman kepada Rasul Allah dan Yang Esa disingkapkan kepada kita sebagai ‘Allah’, agar kita dapat membentuk kehidupan kita sesuai dengannya!
Ketika orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah, Muhammad (saw), dan realitas yang diajarkan beliau: “Tidak ada Tuhan. Hanya ada Allah” shalat berjamaah, sang Imam tidak pernah membaca Basmallah dengan keras; dia memulai bacaan dari ayat ‘Alhamdu...’
Mengapa demikian?
Karena Basmallah mengandung rahasia huruf ‘B’, artinya setiap individu mesti MEMBACA dan merasakan ‘B-asmallah’ berdasarkan misteri yang ada di dalam esensi mereka sendiri!
Shalat hanya dapat dijalankan dengan MEMBACA al-Fatihah, inilah sebabnya Rasul Allah menegaskan “Shalat tidak bisa tanpa al-Fatihah.”
Jalan menuju Allah bukanlah perjalanan eksternal yang bergerak ke ‘jauh ke luar sana’, melainkan perjalanan internal, dari kesadaran kita menuju esensi kita!
Beriman kepada Tuhan eksternal artinya berpaling ke arah langit atau ke luar angkasa!
Ini tidak ada kaitannya dengan budaya ataupun ras! Kata ‘Allah’ adalah kata benda, sebuah nama! Dan tidak satu nama pun dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain! Hanya bisa digunakan apa adanya!
Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi kepada mereka yang gagal untuk melihat perbedaan di antara nama Allah dengan konsep umum tentang ‘Tuhan’!
Ahmed Hulusi
4 Maret 2005

Raleigh – NC, USA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar